oleh

Pengorbanan Pemuda Indonesia Jadi Pebalap Motor Profesional

SALISMA.COM (SC), JAKARTA – Menjadi pebalap motor profesional bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Butuh latihan bertahun-tahun dan menjalani berbagai ajang balap agar memiliki pengalaman yang cukup dalam menjajal sirkuit.

Hal ini untuk mempersiapkan mereka menghadapi kompetisi ketat dengan pebalap-pebalap internasional, sambil terus bermimpi suatu saat dapat menjadi juara dunia di ajang tertinggi seperti Marc Marquez atau Valentino Rossi di MotoGP.

Tidak banyak orang yang tahu jatuh-bangun dan pengorbanan untuk menjadi seorang pebalap motor profesional. Pebalap motor Indonesia dari Astra Honda Racing Team, Andi Gilang dan Dimas Ekky, adalah contoh nyata yang telah merasakan beragam rintangan dan tembus ajang FIM Campeonato de Espana de Velocidad (CEV).

Tahun ini Andi mengikuti Kejuaraan Dunia Junior FIM CEV Moto3, sedangkan Dimas Ekky di Kejuaraan Eropa FIM CEV Moto2. Mereka berdua harus meninggalkan kenyamanan rumah selama lebih dari sepekan untuk balapan di seri FIM CEV.

“Kami sudah meninggalkan Tanah Air beberapa hari sebelum free practice dimulai agar bisa beristirahat setelah melakukan perjalanan jauh. Sesudah balap, kami pun tinggal satu atau dua hari di Spanyol sebelum balik ke Indonesia. Menjadi seorang pebalap profesional, menuntut pengorbanan besar dalam hidup,” ucap Andi seperti dikutip dari rilis Astra Honda Racing Team, Jumat (4/11).

“Sangat sulit bisa keluar dari rutinitas. Tapi saat ada waktu senggang, saya memilih kembali ke rumah dan menghabiskan waktu dengan teman dan keluarga dengan pergi ke pantai atau ke hutan di Bulukuba untuk rehat sejenak,” ucapnya, menambahkan.

Sebagai pebalap motor profesional, sebagian besar waktu mereka dihabiskan di arena balap. Pebalap muda Indonesia ini pun harus mengorbankan sebagian waktunya untuk aktivitas lain di luar balap seperti sekolah, hobi, waktu bersama teman dan keluarga.

Kendati begitu, Andi selalu berusaha untuk menyempatkan waktu menelepon keluarganya sebelum pergi latihan. Sementara Dimas, memiliki cara sendiri agar kehidupannya di arena balap tidak terasa bosan, terutama saat ia sedang menjalani latihan.

“Bagi saya, latihan itu bisa dibikin santai dan menyenangkan seperti saat saya menggeber motor. Meskipun kami mempunyai jadwal latihan yang padat, selalu ada cara untuk menikmati training seperti latihan fisik dengan pergi ke gunung, berlari atau bersepeda. Di situ saya merasa lebih tenang dan membebaskan pikiran,” kata Dimas.

Sama seperti Andi, Dimas juga kesulitan mendapat sedikit waktu untuk ia habiskan bersama keluarga.

“Pagi hari saya sudah pergi ke gym dan berlatih dengan pelatih hingga pukul 12 siang. Di siang hari saya latihan bersepeda. Jika tidak, saya menonton video Moto2 untuk mempelajari gaya balap dari pebalap-pebalap terbaik di dunia.”

“Kemudian, pukul 7 sore (19.00) saya latihan treadmill di rumah,” katanya melanjutkan.

Walau berat, Andi dan Dimas tetap bersemangat meraih mimpi mereka untuk balapan di tingkat tertinggi dan mengharumkan nama Indonesia. Saat ini Andi dan Dimas tengah bersiap menjalani balapan terakhir musim ini di Valencia pada 20 November mendatang.

Andi kini berada di peringkat ke-27 dengan perolehan 4 poin, terpaut 187 poin dari pebalap Italia Lorenzo Dalla Porta dari tim Laglisse Academy. Prestasi terbaiknya adalah finis di urutan ke-12 saat balapan di Sirkuit Internasional Algarve, Portugal (28/8).

Sedangkan Dimas berada di peringkat ketujuh dalam klasemen sementara dengan perolehan 66 poin, terpaut 140 poin dari pebalap Afrika Selatan Steven Odendaal dari tim AGR. Prestasi terbaiknya musim ini adalah finis di urutan kelima di Sirkuit Jerez, Spanyol dan Sirkuit Internasional Algarve, Portugal.

 

(CNN INDONESIA.com)