SALISMA.COM (SC), JAKARTA – Siapa bilang fesyen dan politik tidak bisa bersatu? Sebuah acara penggalangan dana untuk calon presiden Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton yang digelar di Manhattan, New York, pada Selasa kemarin (6/9), jadi buktinya.
Di acara tersebut, seorang model melintasi runway, memamerkan rok ballgown taffeta merah dengan paduan kaus abu-abu bertuliskan “Hillary” di bagian dada dan “2016” di bagian punggung. Sungguh kombinasi yang langka di panggung fesyen.
Acara bertajuk The Made for History yang diadakan di Spring Studios di Tribeca, Manhattan, itu dipandu oleh editor Vogue Anna Wintour yang disebut-sebut ‘penjelmaan’ Miranda Priestly, karakter di film Devil Wears Prada yang diperankan Meryl Streep.
Tak sendirian, Anna ditandem Huma Abedin, tokoh politik sahabat Hillary. Menurut Anna, dikutip laman Guardian, keuntungan yang diperoleh pada malam itu digunakan untuk membiayai kampanye Hillary, dan 85 persen dibayarkan oleh donatur pemula.
Para pemudi pendukung Clinton menyambut para tamu dengan atribut kampanye yang bisa dibeli di website Partai Demokrat AS, dari bandana Thakoon seharga US$25 sampai kaus edisi spesial Marc Jacobs seharga US$60, serta pouch Brett Heyman seharga US$75.
“Koleksi [yang ditampilkan] penuh gaya sekaligus unik,” kata Anna sembari melontarkan canda yang menyindir Donald Trump, “tidak seperti atribut kandidat partai Republik, koleksi kami asli buatan Amerika, karya serikat pekerja.”
Anna dan Huma sama-sama mengenakan busana karya Jason Wu, desainer kesayangan Michelle Obama, Ibu Negara AS. Hillary sendiri tidak menampakkan batang hidungnya di acara tersebut, melainkan diwakili oleh putrinya, Chelsea.
Chelsea mengaku sebetulnya tidak asing dengan acara serupa. Hanya bedanya, kali ini atmosfer lebih glamor dan spektakuler. Acara fesyen ini juga menampilkan kreasi Diane Von Furstenberg dan Joseph Altuzarra, serta sederet nama besar lain.
(CNN INDONESIA.com)