oleh

Turki Kerahkan Lebih Banyak Tank ke Suriah Utara

SALISMA.COM (SC), JAKARTA – Turki mengirim lebih banyak tank ke wilayah perbatasan Suriah utara dan menuntut pejuang milisi Kurdi mundur dalam kurun waktu sepekan. Langkah ini dilakukan Turki dalam upaya untuk mengamankan wilayah perbatasan dan memukul kelompok militan ISIS untuk menjauhi wilayah perbatasan.

Pasukan khusus, tank dan pesawat tempur Turki mulai memasuki Suriah, melalui Jarablus pada Rabu (24/8), didukung oleh koalisi serangan udara AS. Kota ini merupakan salah satu markas terakhir ISIS di perbatsan Turki-Suriah.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan para pejabat senior pemerintah menegaskan bahwa “Operasi Pertahanan Efrat” bertujuan untuk menghentikan milisi YPG Kurdi agar tidak merebut wilayah tersebut dan berupaya memberantas ISIS.

Turki, yang merupakan negara yang memiliki angkatan bersenjata terbesar kedua di NATO, menuntut agar milis YPG mundur ke sisi timur sungai Efrat dalam waktu sepekan. Milisi Kurdi ini bergerak mendekati wilayah barat sungai itu sejak awal bulan ini, sebagai bagian dari operasi yang didukung AS untuk merebut kota Manbij dari cengkraman ISIS.

Ankara memandang YPG sebagai ancaman karena berhubungan dekat untuk militan Kurdi PKK, yang kerap meluncurkan pemberontakan selama tiga dekade terakhir. Namun, sikap Turki ini bertentangan dengan AS yang menilai YPG sebagai sekutu dalam memberantas ISIS di Suriah.

Menteri Pertahanan Turki Fikri Isik menyatakan bahwa upaya untuk mencegah YPG dan sayap politiknya, PYD, bersatu dengan kelompok Kurdi lainnya di sebelah timur Jarablus merupakan prioritas utama.

“ISIS harus benar-benar diberangus, ini amutlak harus. Tapi itu tidak cukup bagi kami. PYD dan milisi YPG tidak boleh menjadi pengganti ISIS di sana,” kata Isik kepada media Turki, NTV, dikutip dari Reuters, Kamis (25/8).

“Mimpi terbesar PYD adalah untuk menyatukan Kurdi dari barat dan timur. Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi,” katanya.

Menurut sumber di Kementerian Luar Negeri Turki, Menlu AS John Kerry sudah menyatakan kepada Menlu Turki Mevlut Cavusoglu melalui telepon pada Kamis bahwa para pejuang YPG mulai bergerak mundur ke sisi timur Sungai Efrat, seperti permintaan Turki.

Juru bicara pasukan koalisi pimpinan AS juga mengatakan bahwa pasukan pemberontak Suriah, SDF telah mundur dari Efrat, tapi melakukan hal itu “untuk mempersiapkan pembebasan” Raqqa, markas ISIS di Suriah utara.

Isik menyatakan bahwa kemunduran itu belum sepenuhnya terjadi, dan Washington telah memberi jaminan bahwa ini akan terjadi pada pekan depan.

“Kami mengawasi ini dengan ketat. Jika PYD tidak mundur ke sebelah timur Efrat, kami memiliki hak untuk melakukan segala sesuatu,” katanya.

Masuknya militer Turki ke Suriah terjadi di tengah keregangan hubungan Ankara dan Washington, terkait dengan permintaan ekstradisi Fethullah Gulen. Gulen adalah tokoh agama yang dituding mendalangi kudeta Turki dan kini tinggal dalam pengasingan di Pennsylvania, AS.

Meski sudah mengajukan permintaan resmi kepada AS, upaya Turki untuk mengekstradisi Gulen hingga saat ini belum membuahkan hasil.

 

(CNN INDONESIA.com)