oleh

Sehari, Ada 14 Kasus Serangan Ransomware di Indonesia

SALISMA.COM (SC), JAKARTA – Indonesia tercatat sebagai negara peringkat 13 yang paling banyak terinfeksi ransomware di Asia Tenggara dengan jumlah rata-rata 14 kasus terjadi setiap hari, menurut riset yang dilakukan perusahaan peranti lunak antivirus Symantec.

Program jahat yang masuk dalam kategori ransomware, bisa bekerja seperti penculik. Ia mengunci akses korban atas data yang tersimpan di komputernya sendiri. Lalu lewat notifikasi, penjahat meminta uang tebusan berupa Bitcoin jika pengguna hendak mendapatkan akses kembali atas datanya itu.

Jika tidak dibayar, maka dokumen pengguna akan tersandera. Atau, korban harus menunggu sampai ada pihak, misalnya perusahaan antivirus, yang membuat penawar atau pembasmi ransomware tersebut.

“Bayangkan 14 kasus dalam sehari di negara dengan penduduk 2 juta jiwa. Bukankah itu sangat memprihatinkan?” kata Choon Hong Chee, Direktur Bisnis Konsumen Symantec Asia dalam presentasinya di Jakarta, Kamis (21/7). Saat ini, dia menjelaskan, jenis program yang paling berbahaya adalah crypto-ransomware. Program ini tidak hanya mengunci tapi mengenkripsi file pribadi pengguna komputer dengan tingkat enkripsi tinggi sehingga sulit untuk dipulihkan.

Choon Hong mengatakan ransomware bekerja dalam beberapa cara. Cara pertama, misalnya, program tersebut membuat komputer tidak bisa digunakan dengan menonaktifkan sejumlah alat dan registry.

Cara kedua, program membuat keyboard dan mouse tidak bisa digunakan. Kadang pengguna hanya bisa menggunakan papan nomor pada keyboard saja.

Selain itu, ada juga program yang mengunduh pesan peringatan yang seolah-olah datang dari penegak hukum. Pengguna dibuat takut dengan cara dituduh mengakses file ilegal. Pada 2015, terjadi peningkatan sebesar 35 persen pada tren serangan crypto-ransomware. Ada sebanyak 362.000 serangan terjadi dalam setahun, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 269 ribu.

“Ransomware disebarkan lewat beberapa cara di internet. Biasanya, pengguna komputer tidak tahu apa yang mereka klik dan secara tidak sadar terinfeksi program ini,” kata Hong Chee.

Program jahat ini kerap disebarkan lewat tautan berkedok iklan di situs yang nampak menggiurkan. Selain itu, ada pula ransomware yang disusupi ke dalam sebuah program dari sumber yang tidak terjamin keamanannya. Tidak hanya pada komputer, lanjut Hong Chee, ransomware juga mulai menyebar di perangkat Android. Dia menyebut ada beberapa serangan yang disebar melalui pesan singkat atau SMS. Ada pula penyebaran lewat program yang diunduh dari pihak ketiga atau di luar Google Play Store.

“Misalnya Pokemon Go. Ada banyak aplikasi Pokemon Go yang tersebar di internet saat ini. Anda bisa memasang aplikasi yang salah dan terinfeksi ransomware,” ujarnya. (CNN INDONESIA.com)