JAKARTA, SALISMA.COM (SC) – Salah satu jalur perdagangan paling vital di dunia, Tereusan Suez trganggu karena adanya kapal pengangkut kontainer Ever Given yang tersangkut menyebabkan kemacetan luar biasa. Dikutip dari CNN Business ada lebih dari 200 kapal yang menunggu antrean agar bisa melewati jalur tersebut.
Dengan adanya insiden ini membuat rantai pasok global berpotensi menjadi lebih sulit dan lebih mahal. Penutupan rute utama Barat dan Timur disebut bisa memperburuk keadaan. Apalagi dengan adanya pengalihan rute juga disebut bisa mengacaukan sistem bisnis. Mulai dari masalah peti kemas, kemacetan sampai kapasitas.
Kondisi Ever Given ini berpotensi mengganggu pengiriman barang dari Asia ke Eropa dan Amerika Utara. Selain itu produk pertanian juga akan terganggu dengan adanya masalah ini.
Hingga Jumat ada 237 kapal termasuk kapal tanker minyak yang masih menunggu untuk transit di kanal Terusan Suez tersebut. CEO CH Robinson Bob Biesterfeld mengungkapkan ini merupakan masalah besar yang belum pernah dia alami sebelumnya.
“Hal ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya,” kata dia dikutip dari CNN Business, Sabtu (27/3/2021).
Sebelum ada masalah ini, biaya pengiriman menggunakan peti kemas 40 kaki tercatat naik dari US$ 1.040 Juni menjadi US$ 4.750. Kemudian pada Februari untuk impor barang AS melalui laut tercatat US$ 5,2 miliar padahal sebelumnya hanya US$ 2 miliar pada tahun 2020.
Analis S&P Global Panjiva Chris Rogers mengungkapkan kenaikan harga ini membuat perusahaan tertekan. “Saya kira itu adalah hal yang tak bisa dihindari dan cepat atau lambat akan berpengaruh ke harga untuk konsumen,” jelas dia.
Dia menyebut virus Corona memang menjadi malapetaka untuk rantai pasok global sejak tahun lalu. Dengan lockdown di berbagai wilayah sangat mengganggu siklus perdagangan dan produksi.
Kegiatan ekonomi melambat signifikan saat awal pandemi. Kemudian permintaan barang manufaktur seperti televisi, furnitur dan sepeda tak diimbangi dengan produksi. Banyak pabrik yang berhenti produksi karena kekurangan chip komputer karena tingginya permintaan untuk smartphone, game hingga gadget lainnya.
Direktur Eksekutif di Port of Los Angeles Gene Seroka mengungkapkan satu tahun lalu perdagangan global melambat saat pandemi melanda. Namun kini terjadi lonjakan impor yang ditopang oleh permintaan konsumen AS.
S&P Global Panjiva menyebut impor barang melalui laut AS tercatat 30% lebih tinggi pada Februari dibandingkan bulan yang sama tahun lalu sebesar 20% pada Februari 2019.
Lonjakan impor di AS ini menyebabkan banyak negara kekurangan peti kemas. Pasalnya banyak permintaan ke AS mulai dari mobil, mesin, pakaian jadi sampai kebutuhan pokok. (mil)