JAKARTA, SALISMA.COM (SC) – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia baru akan naik positif pada kuartal II 2021 mendatang.
Proyeksi ini sejalan dengan prediksi Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, yang memprediksi ekonomi nasional masih tertahan negatif di kisaran minus 1 persen hingga minus 0,1 persen di kuartal I 2021.
“Proyeksi ekonomi tumbuh positif baru pada kuartal ke II atau ke III tahun ini,” kata Bhima kepada Liputan6.com, Selasa (23/3/2021).
Menurut dia, musim Ramadan dan Lebaran yang akan jatuh pada April-Mei 2021 akan jadi faktor kunci pertumbuhan ekonomi di kuartal III. Dengan catatan, kegiatan ekonomi dapat berjalan baik saat dua periode tersebut.
“Di kuartal ke-II kita masih mencermati dampak Ramadan dan Lebaran terhadap konsumsi rumah tangga maupun belanja pemerintah. Kalau ada perubahan kebijakan pada momen lebaran maka proyeksi bisa di-downgrade atau direvisi kebawah,” tuturnya yang dikutip dari Liputan6.com.
Selain Ramadan dan Lebaran, Bhima juga menyoroti lemahnya realisasi investasi pemerintah saat ini. Padahal ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Terkait investasi langsung, ia menilai masih banyak gap antara komtimen dan realisasi.
“Bahkan tidak sedikit investor yang suda komitmen wait and see dulu menunggu implementasi Undang-Undang Cipta Kerja,” ujar Bhima.
Lepas dari Resesi, Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal II 2021 Diprediksi Naik Signifikan
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lepas dari jurang resesi dan naik signifikan di kuartal II 2020.
Optimisme itu dilontarkannya karena pemerintah melihat arah pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 dapat terjadi dengan sangat konsisten.
Dalam hal ini, Febrio menggunakan perbandingan pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2020, yang saat itu masih positif 2,97 persen.
“Sementara terdalamnya kontraksi kita di 2020 adalah di kuartal II, itu minus 5,32 persen. Lalu dilanjutkan dengan perbaikan di kuartal III minus 3,49 persen. Lalu terakhir di kuartal IV kita membaik lagi di minus 2,19 persen,” jelasnya dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (23/3/2021).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati lantas menyimpulkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2020 terkontraksi minus 2,1 persen. Namun, Febrio menganggap pertumbuhan negatif itu relatif lebih baik dibandingkan dengan negara-negara G20 dan Asean.
Untuk kuartal I 2021, ia melanjutkan, Kemenkeu masih melihat adanya perbaikan ekonomi yang konsisten. Meskipun secara prediksi Indonesia masih resesi pada rentang pertumbuhan minus 1-0,1 persen.
“Sehingga kalau nanti estimasi pertumbuhan ekonomi kita di minus 1 persen sampai dengan minus 0,1 persen itu sebenarnya juga akan menunjukan perbaikan yang signifikan secara aktual di masyarakat,” ujar Febrio.
“Artinya, secara kuartalan itu menjadi perbaikan yang akan sangat dirasakan masyarakat, dan itu dicerminkan pada angka itu nanti,” tegas dia.
Sementara untuk kuartal II 2021 dan seterusnya, Febrio percaya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin naik signifikan. Gambaran ini didapat dengan perbandingan secara tahunan (year on year) dengan kuartal II 2020, di mana pada saat itu ekonomi nasional jatuh ke titik terendah di level minus 5,32 persen.
Jika berkaca menurut perhitungannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2021 diprediksi bisa naik di atas 7 persen, atau mencapai lebih dari 1,5 persen.
“Yang kuartal kedua dan seterusnya ini yang justru akan menunjukan perbaikan yang sangat signifikan dari segi angkanya. Kalau hitung-hitungan terakhir kami ini (pertumbuhan kuartal II 2021 secara tahunan) bisa sampai di atas 7 persen secara year on year,” jelasnya.
“Tapi overall, jika dibandingkan 2020 dan 2021 ini akan sangat signifikan. Di 2020 kita minus 2,1 persen, di 2021 kita melihat secara keseluruhan (positif) 5 persen, atau range-nya di 4,5-5,3 persen,” ujar Febrio. (mil)