Sebuah pengadilan di Pakistan menetapkan penjara seumur hidup bagi 10 orang karena kerterlibatan dalam penembakan terhadap aktivis remaja Malala Yousafzai. Malala dijadikan sasaran karena dia berkampanye melawan Taliban yang menentang pendidikan bagi anak-anak perempuan.
Militan Taliban Pakistan mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap Malala saat dalam perjalanan pulang dari sekolah di Kota Swat di barat laut Ibukota Islamabad.
Ke-10 orang itu diadili di sebuah pengadilan anti-terorisme. Mereka merupakan terpidana pertama dalam serangan itu.
Seorang pejabat keamanan mengatakan, tidak satu pun dari empat atau lima orang yang melakukan serangan terhadap Malala berada di antara 10 orang yang dijatuhi hukuman itu. “Namun yang pasti mereka (yang telah divonis itu) berperan dalam perencanaan dan pelaksanaan upaya pembunuhan terhadap Malala,” kata seorang pejabat polisi di Swat yang menolak untuk diidentifikasi karena ia tidak berwenang berbicara kepada media.
Polisi yakin pria bersenjata yang menembak Malala telah lolos melintasi perbatasan ke Afganistan. Beberapa orang lain, termasuk pemimpin Taliban Pakistan Fazlullah, dicari sehubungan dengan serangan terhadap Malala itu. Fazlullah, yang juga berasal dari Swat, diyakini telah bersembunyi di Afganistan timur.
Malala menderita luka serius dalam serangan itu dan diterbangkan ke Inggris untuk perawatan. Dia tetap tinggal di sana hingga saat ini. Dua siswi lainnya juga terluka dalam serangan itu.
Sejak saat itu, Malala menjadi simbol perlawanan dalam perang melawan gerilyawan yang beroperasi di daerah etnik Pashtun di Pakistan barat laut.
Dalam sebuah pidato di PBB tahun 2013, yang mendapat sambutan dengan standing ovation, Malala mengatakan serangan terhadapnya justru melahirkan kekuatan dan keberanian. “Saya bahkan tidak membenci Taliban yang menembak saya,” katanya. “Bahkan jika ada pistol di tangan saya dan dia berdiri di depan saya, saya tidak akan menembaknya. Pepatah bijak yang mengatakan, “pena lebih tajam dari pedang’ benar adanya. Para ekstremis itu takut terhadap buku dan pena.”
Malala pertama kali menjadi terkenal tahun 2009, saat masih berusia 11 tahun, lewat blog di BBC berbahasa Urdu yang melaporkan penderitaan hidup di bawah pemerintahan Taliban di Swat. “Para teroris ini takut akan kekuatan perempuan dan mereka tidak membiarkan kami pergi ke sekolah karena pendidikan akan membuat kita lebih kuat. Itulah sebabnya mereka menghentikan kami,” kata Malala suatu ketika. “Saya menyadari bahwa pendidikan sangat penting dan Anda harus pergi ke sekolah dan Anda harus belajar dan berjuang untuk pendidikan.”
Malala memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2014. Ia menjadi orang termuda yang meraih penghargaan bergengsi itu.
Malala tidak bisa kembali ke tanah airnya karena ancaman Taliban untuk membunuh dia dan anggota keluarganya.