JAKARTA, SALISMA.COM (SC) – Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) mengaku membutuhkan 747 ribu ton garam untuk memenuhi kebutuhan industri pada tahun ini. Sebagian besarnya atau 612 ribu ton dipenuhi dari impor.
Ketua GAPMMI Adhi S. Lukman menyebut garam lokal hanya dapat memasok sebesar 131 ribu garam.
Ia menyebut industri makanan dan minuman masih harus melakukan impor karena produksi garam berkualitas standar industri masih belum dapat dipenuhi penambak lokal.
“Jumlah produksi lokal masih sekitar 1,5 juta ton.Kebutuhan total konsumsi dan industri sekitar 4 juta ton. Impor tahun lalu (total) 2,7 juta ton.Buat industri, masalah mutu sangat krusial,” jelaskan seperti yang dilansir dari CNNIndonesia.com, Jumat (19/3).
Kualitas garam industri yang dimaksudnya adalah garam dengan kadar NaCl (Natrium Klorida) atau kadar garam sekitar 97,5 persen dengan kandungan impurities (sulfat, magnesium, dan kalsium) sebesar 2 persen dan kotoran lainnya yang sangat kecil.
Motif lainnya melakukan impor, menurut dia, adalah karena harga garam lokal belum bersaing dengan garam impor. Untuk garam berkualitas sama, ia menyebut garam impor bisa lebih murah dibandingkan garam lokal.
Sayangnya, ia tak merinci berapa besar perbedaan harga antara garam impor dan lokal.
Secara total, terjadi kenaikan impor garam dari tahun ke tahun, dari tahun lalu misalnya impor sebesar 2,7 juta ton dan naik menjadi 3 juta ton pada tahun ini. Itu dikarenakan industri mamin mengalami pertumbuhan
Walau rajin impor, ia mengatakan nilai tambah yang dihasilkan tak kalah besarnya. Pada tahun lalu, misalnya dari nilai garam impor senilai US$19 juta kemudian dihasilkan nilai tambah ekspor mamin mencapai US$31 miliar.
“Namun nilai tambah buat industri mamin sangat besar. Ekspor mamin 2020 mencapai US$31 miliar. Belum untuk dalam negeri,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebut pemerintah telah memutuskan akan melakukan impor garam sebanyak 3 juta ton.
Menurut Trenggono, keputusan diambil dalam sebuah rapat yang dihadiri Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
“Berdasarkan neraca stok industri (garam) kita (sebanyak) 2,1 juta, kemudian impor diputuskan 3 juta,” katanya pada rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI pada Kamis (18/3).
Ia menyebut importasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri manufaktur sebesar 3,9 juta ton, aneka pangan 1,3 juta ton, dan lainnya 2,4 juta ton.
Masih membuka keran impor garam, namun ia menyatakan pemerintah akan membenahi sisi produksi untuk meningkatkan produksi garam rakyat.
Caranya, meningkatkan produktivitas dari 60 ton per hektare (Ha) per musim menjadi 120 ton per Ha per musim.
“Di beberapa tempat sudah kami lakukan, termasuk di antaranya integrasi lahan garam untuk peningkatan produktivitas,” katanya. (mil)