BANGKINANG – Anggota Tim Ahli Cagar Budaya Riau, Agoes Tri Mulyadi menduga kuat batu kuno di lokasi Galian C merupakan bagian dari Candi Muara Takus.
Dugaan itu menurut dia bukan tanpa alasan. Selain ditemukan tak jauh dari candi, bentuk dan ukurannya juga tidak lazim. Tak seperti batu bata biasa yang banyak dijumpai pada era sekarang.
“Siapa juga yang membuat batu bata seperti itu. Batu itu bisa jadi dibuat ratusan tahun lalu,” ujar Tri dihubungi, Kamis (22/3).
Dia mengatakan, karakteristik batu candi dibuat sesuai kebutuhan desain konstruksi. Sehingga ukuran batu candi akan bervariasi. Seperti diketahui, ukuran batu yang ditemukan, Jumat (16/3) lalu, 16 cm persegi dengan ketebalan 4 cm.
Menurut Tri, tim ahli sebenarnya sudah menyimpulkan perkiraan luas kawasan Candi Muara Takus sekitar 108 hektare. Terdiri dari kawasan inti, kawasan penyangga sampai kawasan pengembangan. “Tapi luas kawasan candi belum ditetapkan dengan pergub atau perbup,” urai dia.
Tri yang juga Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batu Sangkar, Sumatera Barat mengatakan, perkiraan luas kawasan tersebut sangat dimungkinkan batu itu adalah bagian candi. Meski begitu, penelitian arkeologi masih diperlukan untuk memastikan kepurbakalaan batu tersebut.
Lebih lanjut dia mengatakan, BPCB akan segera menindaklanjuti temuan di sekitar cagar budaya. Pengambilan sampel adalah tahap awal yang harus dilakukan. Kemudian sampel diteliti secara arkeologi.
TACB bersama BPCB selanjutkan akan melakukan ekskavasi terhadap lokasi penemuan benda tersebut. Ekskavasi merupakan penggalian di tempat yang diduga mengandung benda. Lokasi temuan disterilkan dari kegiatan lain terlebih dahulu. (*)
