PEKANBARU – Kalangan DPRD Riau menyarankan pemprov untuk mengelola sumur bekas pengeboran minyak dan gas yang sudah ditinggalkan pihak pengelola. Hal ini seperti yang dilakukan oleh sumatera Selatan.
BUMD Sumsel konsisten mengelola sumur-sumur tua itu karena masih berpotensi untuk dikelola dan menghasilkan minyak dan gas.
“Di Sumsel bahkan hanya dengan modal Rp 150 juta mereka bisa menghasilkan Rp 103 miliar setorannya ke PAD mereka. Mereka di sana komitmen. Sumur-sumur tua yang ditemukan sebelum 1970 dan terbengkalai, langsung diserahkan daerah, ini yang kemudian memberikan keuntungkan bagi mereka,” ujar Wakil Ketua DPRD Riau, Noviwaldy Jusman, Rabu (14/3).
Dikatakan Dedet, Riau terkenal sebagai penghasil minyak di atas dan di bawah. Jika pengelolaan sumur tua yang ada dapat dimaksimalkan secara benar, menurutnya pasti hasilnya tidak kalah menguntungkan dibanding memperebutkan blok-blok yang besar.
“Kita berharap agar Riau tidak terlalu fokus pada blok besar yang belum tentu menghasilkan. Ini yang harus kita perjuangkan, bagaimana supaya sumur-sumur itu bisa diserahkan untuk dikelola BUMD. Jangan Riau ini bicara blok-blok besar, sementara kemampuan kita juga masih kurang,” imbuhnya.
Dikatakannya, blok-blok besar yang dimaksud tersebut adalah titik-titik sumur yang baru untuk digali, yang belum tentu memiliki potensi minyak atau gas. Untuk menggali titik baru ini tentu membutuhkan biaya yang cukup lebih besar lagi untuk investasi. (*)