SALISMA.COM – Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) terus melanjutkan aksi keji menghancurkan cagar budaya dunia. Kali ini yang menjadi korban adalah Kuil Baal Shamin, di kawasan kota kuno Palmyra, Provinsi Homs, Suriah.
Di jejaring sosial militan, beredar gambar-gambar peledakan kuil Baal Shamin tanpa keterangan tanggal. Bangunan era Romawi itu dipasangi bom di bagian dalam, serta di tiang-tiang. Gambar selanjutnya menunjukkan ledakan mengepul, menutupi nyaris seluruh bagian kuil. Diperkirakan peledakan ini sudah dilakukan bulan lalu.
Seri foto itu, menurut Badan Pendidikan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sesuai dengan laporan yang mereka terima dari warga setempat bahwa Palmyra diledakkan secara sistematis. Lembaga ini menyebut ISIS melakukan kejahatan perang merujuk konvensi internasional, karena menghilangkan akses rakyat Suriah mempelajari kebudayaan leluhurnya.
“Kuil itu adalah simbol keragaman budaya Suriah yang sudah dibangun 1.800 tahun lalu. Sekarang saya melihat Palmyra dihancurkan dengan mata kepala sendiri,” kata Maamoun Abdulkarim, Kepala Departemen Kepurbakalaan Suriah, seperti dilansir International Business Times, Rabu (26/8).
Baal Shamin adalah tempat pemujaan dewa langit yang dulu dipercayai rakyat Suriah sebelum masuknya Islam. Kuil ini bagian dari kota kuno Palmyra yang dikuasai Kekaisaran Romawi pada abad pertama, lantas menjadi bagian Kerajaan Bizantium.
Palmyra berkembang menjadi metropolis yang menyerap banyak kebudayaan, kerap dijuluki ‘Mutiara dari Gurun’. Kota ini memiliki arsitektur Romawi, menyimpan naskah-naskah ilmu pengetahuan dari Yunani, serta ukiran-ukiran gaya Persia.
Selain kuil pemujaan dewa langit, situs sejarah ini masih menyisakan pilar-pilar kerajaan, panggung teater, serta ratusan patung. ISIS kabarnya telah menghancurkan patung singa di kawasan masuk kuil, serta bagian bangunan bagian tengah. Penghancuran di Palmyra maupun bangunan bersejarah lain dilakukan, menurut militan, untuk menghancurkan berhala.
Minggu lalu, ISIS memenggal Khaled Asaad (82), arkeolog yang menjaga kawasan Palmyra. Para pejuang khilafah menggantung jasadnya di depan pintu gerbang kota kuno itu.
Abdulkarim mengatakan pihaknya cuma sanggup menyelamatkan patung-patung yang paling bernilai sejarah tinggi ke lokasi aman. “Saya sejak lama sudah mengatakan hanya tunggu waktu sampai ISIS mulai beralih menghancurkan peninggalan sejarah,” ungkapnya.
Sejak ISIS menguasai Homs pada 21 Mei, para pemerhati sejarah dunia khawatir pada nasib Palmyra. Sebelum perang melanda Suriah, saban tahun 150 ribu turis mengunjungi kawasan yang berjarak 210 kilometer dari Ibu Kota Damaskus itu.
(merdeka)