oleh

25 Tahun Hidup dari Sampah

SALISMA.COM (SC),CIREBON – Bau menyengat dari tumpukan sampah dan banyaknya lalat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Kampung Kopiluhur Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, telah menjadi teman setia bagi Kemah (60). Ini dia lakukan sebagai aktivitas keseharian demi mencari uang untuk menghidupi anggota keluarganya.

Warga Kampung Kopiluhur, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon itu, setiap harinya sibuk mengumpulkan dan memisahkan berbagai jenis sampah, untuk kemudian dijual kembali kepada pengepul.

Ibu paruh baya dengan mengenakan topi layaknya seorang petani itu, dan suaminya Jenang (65), tidak memedulikan cuaca hujan maupun panas untuk mengumpulkan dan menimbang sampah yang bisa menjadi uang.

“Aktivitas ini sudah saya lakukan hampir 25 tahun. Kami hidup dari mencari jenis sampah di ditumpukan sampah untuk dipilih jenis sampahnya, mulai dari sampah kertas, sampah plastik, dan sampah botol minuman. Jadi, bau sampah sudah menjadi teman sehari-hari,” kata Kemah sembari memilih dan memilah sampah di gubuk miliknya.

Ibu yang memiliki sembilan orang anak itu melakukan aktivitas mulai dari pagi hingga sore dan beristirahat saat waktu duhur. Bahkan waktu istirahat itu juga digunakan sambil memilih dan memilah sampah yang dari pagi hari dikumpulkan bersama suaminya. Namun, ketika hujan deras turun ia hanya bisa berteduh di gubuk sambil menunggu reda, kemudian melanjutkan kembali aktivitasnya mencari sampah.

Kemah menambahkan, sampah-sampah yang sudah dikumpulkan di dalam karung itu kemudian ditimbang kepada pengepul. Pendapatan yang diraihnya setiap hari hanya cukup untuk mengisi perut kecilnya dan menghidupi anggota keluarganya, terutama anaknya yang saat ini masih duduk di bangku sekolah.

“Penghasilan tidaklah seberapa, sehari besar-besarnya mendapatkan sekitar Rp30 ribu, saya bersyukur meski kecil uang ini bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, mulai dari keperluan sekolah anak dan lainnya. Alhamdulillah dari sembilan orang anak itu tujuh di antaranya sudah bekerja, tinggal dua yang masih bersekolah,” ucap Kemah.

Kemah berharap, adanya perhatian dari pemerintah kota dari segi pelayanan untuk warga di daerah Kopiluhur Kota Cirebon, meski dirinya berada di daerah perbatasan dengan daerah Kabupaten Cirebon. Karena ia tetap merasa bangga sebagai warga Kota Cirebon. Pengepul sampah di TPA Sampah Kopiluhur Kota Cirebon, Said (35) mengatakan, Kemah adalah orang yang paling senior sebagai pemulung dan pencari berbagai jenis sampah. Ia sudah ada saat TPA Kopiluhur baru ada di daerah tersebut

“Ibu Kemah orangnya baik dan pekerja keras dalam mencari sampah, Ibu Kemah termasuk juga sebagai seorang yang disiplin. Ia berangkat pagi kemudian pulang sore dilakukan setiap hari tanpa libur. Ketika sakit terkadang hanya suaminya yang bekerja, Ibu Kemah sendiri beristirahat di rumahnya,” kata Said.

Said mengatakan, sampah-sampah yang dikumpulkan para pemulung sampah di TPA Kopiluhur ini harganya bervariasi untuk per kilogramnya. Untuk jenis sampah plastik 1 kilogramnya Rp1.500, jenis sampah botol 1 kilogram bisa mencapai Rp2.500. Hasil sampah-sampah ini biasanya dijual ke daerah Majalengka. (**)