Salisma.com-Diperlukan elemen-elemen yang kuat untuk mendukung pertanian kopi yang berkelanjutan. “Elemen menjaga pertanian kopi berkelanjutan ada empat. Pertama, perbaikan bahan tanam umur kopi. Umur pohon kopi di Lampung dulu kita kenal sudah tua, maka Nestlé berikan bibit yang berkualitas. Kedua, peremajaan kebun rakyat dengan good agricultural practices yang diberikan Nestlé melalui sekolah tani di Tanggamus. Ketiga, adanya akses kepada industri dan pasar sehingga mata rantainya panjang dan ada transparansi harga, salah satunya adalah lewat acara seperti ini. Keempat, petani meningkatkan investasi dari kerja sama bank,” jelas R. Wisman Djaja, Director Sustainability Agriculture Development & Procurement PT Nestlé Indonesia pada sesi diskusi.
Ir. Edi Yanto, M.Si pun mengungkapkan bahwa perkembangan industri kopi telah memberi dampak positif terhadap perekonomian dan pembangunan daerah Lampung, terutama Tanggamus. Beliau berharap agar petani kopi Lampung bisa meningkatkan kualitas dan produktivitas kopi di Lampung agar pasarnya lebih terbuka, terutama untuk diekspor. “Kerja sama antara petani dengan pemerintah dan perusahaan merupakan salah satu elemen penting untuk mendukung hal tersebut,” ucapnya.
Perhelatan acara Apresiasi Petani 150 Tahun Nestlé digelar pada Sabtu (3/12) kemarin di Pabrik Nestlé Panjang, Lampung. Acara yang merupakan peringatan ulang tahun Nestlé yang ke-150 secara global ini bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada para petani kopi di Provinsi Lampung. Pasalnya, Lampung telah menjadi mitra Nestlé sejak tahun 1994 untuk pemasok biji kopi.
Kesuksesan bisnis Nestlé tak luput dari peran penting petani dan peternak, salah satunya petani kopi di Lampung. “Nestlé berkomitmen mendukung penuh para petani untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil produksi mereka, yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. Produktivitas dan kualitas yang tinggi akan semakin membuka kesempatan para petani kopi untuk ikut bersaing di pasar kopi nasional dan global,” ujar Dharnesh Gordhon, Presiden Direktur PT Nestlé Indonesia saat membuka acara.
Sejak tahun 1994, petani kopi di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat telah menjalin kemitraan bersama Nestlé. Kini, sekitar 20.000 petani telah menjadi pemasok biji kopi Nestlé dan 18.777 petani telah memperoleh validasi 4C (Code for the Coffee Community). 4C adalah standar yang disusun oleh 4C Assosiation demi mewujudkan pertanian kopi berkelanjutan.
Untuk semakin mewujudkan pertanian kopi berlanjutan, maka dalam Acara Apresiasi Petani 150 Tahun Nestlé digelar diskusi dengan tema “Mendorong Pertanian Kopi Rakyat yang Berkelanjutan”. Diskusi ini menghadirkan R. Wisman Djaja – Director Sustainability Agriculture Development & Procurement PT Nestlé Indonesia dan Wilem Petrus Riwu – Direktur Minuman, Tembakau dan Bahan Penyegar, Ditjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian. Turut hadir Ir. Edi Yanto M.Si – Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc, dan Ferry Elfinso – petani kopi..
Tak hanya aspek teknis saja yang dikedepankan oleh Nestlé, akses finansial juga diberikan agar petani memiliki keunggulan kompetitif dalam perkembangan industri kopi. Dalam hal finansial, Nestlé telah mengembangkan model financial ecosystem yang diharapkan bisa dikembangkan dan bekerja sama dengan pemerintah untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) di bidang pertanian.
Program kemitraan Nestlé juga diyakini menjadi solusi bagi kendala yang dialami industri kopi oleh Wilem Petrus Riwu. “Nestlé itu inovatif dalam memberikan pendidikan untuk petani kopi. Kita ketahui Indonesia adalah surganya kopi karena banyak variasi dan rasanya. Kerja sama ini menjadi penting untuk menjawab kendala yang ada seperti masalah standar biji kopi, ” tukasnya.