oleh

Internet Didominasi Anak, APJII Kembangkan Sistem Filter Baru

SALISMA.COM (SC), JAKARTA – Salah satu temuan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam survei terbarunya adalah pengguna internet pada kelompok usia 10-14 tahun yang mencapai 100 persen. Hal itu menjadi dorongan bagi APJII untuk menciptakan filter internet yang lebih ketat.

Dalam pengumuman hasil survei di Jakarta, Senin (24/10), Ketua APJII, Jamalul Izza, mengatakan terkejut dengan hasil temuan sekaligus menjadi kekhawatiran tersendiri.

“Yang paling mengejutkan kali ini adalah pengguna internet anak-anak. Ini menjadi pekerjaan rumah kita. Makanya kita bikin program filter internet baru,” ungkap Jamalul.

Untuk memuluskan rencana tersebut, APJII bersama pemerintah dan sejumlah pihak membangun sistem yang otomatis menyaring konten negatif.

Menurut Jamalul sistem pemblokiran yang telah berjalan tidak memuaskan. Penyebabnya antara lain karena cara kerja penyaringan yang manual sehingga tak cukup efektif meredam derasnya konten negatif yang masuk.

Dengan cara demikian, sistem akan mencatat seluruh situs-situs yang mengandung konten negatif. Sistem baru ini nantinya juga menyatukan daftar situs-situs yang diblokir oleh operator internet yang kerap kali berbeda.

Selain sistem pemblokiran itu, APJII akan membuka layanan pengaduan masyarakat.

“Kadang walaupun kita sudah blokir, masih ada saja konten negatif yang lolos. Jadi layanan pengaduan ini akan melengkapi sistem yang nanti ada,” terang Jamalul.

Meski didasari oleh kekhawatiran terhadap keamanan pengguna internet anak-anak, pemblokiran konten yang dianggap negatif akan berlaku secara umum ke seluruh masyarakat.

“Sistem baru ini rencananya rampung dua bulan lagi,” kata pria yang menjabat ketua APJII periode 2015-2018 itu.

APJII juga berjanji akan merangkul berbagai pihak seperti Kominfo, Densus, Polri, TNI, dan lainnya dalam mengembangkan program sensor internet ini.

Persentase sempurna pada sampel di kelompok usia 10-14 tahun menuntut APJII bergerak cepat sebagai antisipasi. Dalam keterangannya, ia menyebut mayoritas di sampel usia tersebut banyak menghabiskan waktu menyaksikan konten video daring di Youtube ketimbang situs lainnya.

 

(CNN INDONESIA.com)