oleh

Upaya Indonesia Kejar Label Destinasi Wisata Halal Dunia

SALISMA.COM (SC), JAKARTA – Halal saat ini tak sekadar jadi istilah untuk segala hal yang diperbolehkan dalam Islam. Tapi sekaligus menjadi sebutan untuk gaya hidup yang menjadi tren pilihan bagi komunitas Muslim dunia, termasuk di dalamnya soal wisata.

“Halal atau non-halal, kini bukan hanya soal makanan, tapi sudah meluas ke berbagai sektor. Hal ini muncul seiring peningkatan kesadaran komunitas Muslim yang ingin hidupnya lebih sesuai dengan syariah atau ajaran Islam,” kata Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center Sapta Nirwandar.

Salah satu sektor halal yang kini tengah digalakkan Indonesia adalah pariwisata, melalui kompetisi wisata halal yang digelar Tim Percepatan Pengembangan Wisata Halal Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

“Ada 113 destinasi dan industri pariwisata nasional yang terpilih dan sudah masuk nominasi,” sebut Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal 2016 Riyanto Sofyan.

Dia menambahkan terdapat beberapa aspek penilaian utama, yakni profil destinasi atau usaha serta komitmen pada kepatuhan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan muslim. Ada juga penilaian soal sertifikasi halal untuk produk makanan dan minuman, penyediaan fasilitas kemudahan untuk beribadah, dan komitmen yang tergambar dalam kebijakan, struktur organisasi, kepemimpinan, juga sistem operasional.

“Untuk aspek key achievements, dewan juri menilai gambaran performa destinasi atau usaha, data pasar dan perkembangannya, capaian dan target pasar, kepuasan konsumen, kinerja keuangan, sistem prosedur serta pembinaan Sumber Daya Manusia [SDM],” urai Sofyan.

Nantinya, Sofyan menyebut, masyarakat yang akan menilai melalui e-voting.

“Setelah terjaring, masyarakat bisa berpartisipasi memilih nominator yang terbaik melalui e-voting yang digelar secara online mulai 26 Agustus-15 September 2016,” ujar dia.

Adapun penganugerahan penghargaan pariwisata halal akan digelar 27 September 2016. “Pemenangnya akan diusulkan mengikuti kompetisi pariwisata halal internasional mewakili Indonesia,” tambah Sofyan.

Di sisi lain, gaya hidup halal kini diadaptasi banyak negara. Tercatat, umat Islam berjumlah 25 persen dari total populasi dunia atau mencapai 1,8 miliar jiwa dengan jumlah Gross Domestic Product mencapai US$7,740.

“Ini adalah jumlah yang sangat potensial sebagai pasar produk dan layanan halal,” terang Nirwan.

Untuk itulah, Indonesia menggelar Indonesia International Halal Lifestyle Expo & Conference (IIHLEC) 2016 di Ciputra Artpreneur, Ciputra World Jakarta, pada 6-8 Oktober 2016.

Ajang ini akan membuktikan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas Muslim selama ini tak sekadar menjadi konsumen industri halal, tapi juga produsen.

“Ini akan mendorong industri halal di Indonesia dan menjadi bagian dari kalender halal global,” Nirwan.

Dalam IIHLEC selain pameran dan pertunjukan berbagai produk industri halal akan digelar konferensi bertema Halal Lifestyle: Global Trends and Business Opportunities.

Konferensi yang membidik peserta dari kalangan pelaku bisnis halal ini akan mengupas pertumbuhan industri halal yang mencapai 20 persen per tahun, yang juga pertumbuhan segmen konsumen yang paling tinggi di dunia.

 

(CNN INDONESIA.com)