SALISMA.COM (SC), JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak bervariasi cenderung menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (26/8), seiring derasnya arus dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia.
Kepala Riset First Asia Capital, David Sutyanto memprediksi IHSG bergerak dalam rentang support 5.410 dan resisten 5.470.
Namun, pergerakan IHSG akhir pekan ini akan dibayangi potensi pelemahan rupiah menyusul peluang penguatan dolar AS sebagai reaksi atas rencana kenaikan bunga di Amerika Serikat.
Sependapat dengan David, analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya juga memprediksi, IHSG bergerak menguat dengan rentang support 5.386 dan resisten 5.477.
“Potensi pergerakan masih terlihat memiliki kekuatan besar untuk melanjutkan kenaikan yang ditunjang oleh arus modal asing yang kembali terjadi, dan saat ini kondisi IHSG yang sedang berada dalam pola kenaikan,” terang William dalam risetnya, dikutip Jumat (26/8).
Adapun, IHSG berhasil menguat ke level 5.454 atau naik 50,12 poin (0,93 persen) pada perdagangan kemarin. Menurut David, penopang utama penguatan IHSG adalah sejumlah saham emiten berkapitalisasi besar seperti Astra International Tbk, Perusahaan Gas Negara Tbk, dan Bank Rakyat Indonesia Tbk.
“Disamping saham-saham tersebut, bangkitnya saham sektor barang konsumsi juga turut menopang penguatan IHSG kemarin,” papar David.
Sementara, pasar saham global tadi malam tutup di teritori negatif. Ia merinci, indeks saham Eurostoxx di Uni Eropa terkoreksi 0,7 persen di 2.987,69 menyusul turunnya indeks sentimen bisnis di Jerman. Kemudian, di Wall Street indeks DJIA dan S&P masing-masing terkoreksi 0,2 persen dan 0,1 persen di 1.8448,41 dan 2.172,47.
Adapun, harga komoditas minyak mentah berhasil menguat terbatas sebesar 1,2 persen di US$47,33 per barel menyusul berita Iran akan ikut dalam pertemuan informal OPEC bulan depan di Aljazair.
Pasar saham global, David menjelaskan, tengah menanti pidato Yellen di depan pertemuan pejabat bank sentral di Jackson Hole, Wyoming, Jumat ini, untuk mendapatkan sinyal The Fed terkait rencana kenaikan tingkat bunga FFR menjelang akhir tahun ini.
“Pelaku pasar saat ini memperkirakan kemungkinannya 59 persen The Fed menaikkan tingkat bunganya tahun ini,” pungkasnya.
(CNN INDONESIA.com)