oleh

Soal Calon Wagub, Ahok Bimbang antara Heru atau Djarot

SALISMA.COM (SC), JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama masih bimbang menentukan calon wakil gubernur yang akan dia pilih untuk mendampinginya dalam Pemilu Kepala Daerah DKI Jakarta 2017. Hatinya masih mendua, antara memilih Heru Budi Hartono atau Djarot Syaiful Hidayat sebagai calon wakil gubernur Jakarta.

Heru dan Djarot adalah nama yang kerap disebut bakal dipilih Basuki sebagai calon wakil gubernur. Heru adalah Kepala Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah DKI Jakarta. Sedangkan Djarot merupakan kader PDI Perjuangan yang juga menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta saat ini.

Soal pasangan ini, Ahok menyebut tiga partai pendukungnya yaitu Hanura, NasDem, dan Golkar menyerahkan semua keputusan kepadanya. Adapun relawan pendukung Teman Ahok menyatakan, masih menginginkan Heru menjadi pasangan Ahok.

“Ya sementara kami belum tahu. Aku juga pernyataan sikapku juga begitu, kok. Aku mau Heru kok,” kata Ahok, sapaan Basuki, Senin (8/9).

Heru sudah dipilih Ahok sejak dirinya memutuskan maju dari jalur independen. Ia menilai Heru PNS yang memiliki kinerja baik dan dapat dijadikan contoh oleh PNS lain.

Teman Ahok bahkan mengumpulkan lebih dari satu juta KTP mendukung Ahok dan Heru. Saat KTP terkumpul, Ahok berpindah haluan dan memilih maju bersama partai politik. Posisi cawagub pun kosong dan menjadi tanda tanya.

Ketika ditanya soal Djarot, Ahok mengatakan keputusan itu bergantung pada PDI Perjuangan. Jika PDI Perjuangan bergabung memberikan dukungan untuk Ahok, Djarot akan mendampinginya untuk mempertahankan kedudukannya saat ini.

Ahok mengenal Djarot sejak menjabat Bupati Belitung Timur. Saat itu Djarot masih menjabat Wali Kota Blitar pada 2005. Ia menilai Djarot sebagai orang yang jujur.

Kekurangannya, menurut Ahok, sebagai orang politik Djarot tak bisa bekerja full karena harus menjalankan kegiatan politik. Namun ia tak mengganggap itu sebagai masalah.

“Enggak tahu juga, kalau PDIP mau gabung, kami harus hargain Pak Djarot yang sudah bareng. Kalau kamu mesti paksa saya pilih orang partai politik, ya saya pilih dia,” tutur Ahok.

Keinginan Ahok itu belum menemui titik terang lantaran PDI Perjuangan saat ini belum memutuskan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Peran Joko Widodo

Di kesempatan yang sama, Ahok juga mengungkapkan hubungannya dengan Presiden Joko Widodo, terutama seputar Pilkada Jakarta 2017. Ahok mengatakan, Presiden Joko Widodo kerap memberi gambaran kepadanya mengenai sikap politik yang diambilnya, termasuk dirinya ragu menentukan jalur yang bakal dipilih untuk maju pada Pilkada Jakarta.

“Beliau itu (Jokowi) selalu cuma kasih gambaran, dia hanya kasih bayangan saja,” kata dia.

Ahok mengungkapkan, Jokowi pernah menyampaikan kepadanya bahwa ada risiko jika mengambil jalur partai politik. Sementara memilih jalur independen harus melewati verifikasi faktual yang berpotensi menggagalkan pencalonan.

Meski demikian, kata Ahok, Jokowi tak pernah memaksanya mengambil keputusan politik tertentu terkait Pilkada Jakarta. Kecuali ketika dirinya masih bersama Jokowi memimpin DKI Jakarta.

“Keputusan kamu (yang menentukan), apapun baik. Itu Pak Jokowi dari dulu,” tutur Ahok menirukan ucapan Joko Widodo.

Hal tersebut berlanjut sampai saat ini ketika Ahok belum memutuskan calon yang bakal menjadi wakil gubernur.

“Enggak, kalau soal wakil terserah saya. Itu yang saya suka. Beliau waktu maju enggak pilih saya jadi wakil juga kok,” ujar Ahok yang berpasangan dengan Jokowi pada Pilkada DKI Jakarta 2012.

 

(CNN INDONESIA.com)