SALISMA.COM (SC), SURAKARTA – Santap makanan tanpa tambahan kerupuk rasanya kurang lengkap. Apapun makanannya, kerupuk selalu hadir di meja warung makan yang Anda datangi.
Begitupun jika Anda pergi ke Solo, ada satu kerupuk khas yang juga bisa dijadikan oleh-oleh yakni karak. Di daerah-daerah lain kerupuk renyah ini juga dikenal dengan nama kerupuk gendar, puli, maupun kerupuk beras.
Renyah dan gurih adalah sensasi yang ditawarkan oleh kerupuk karak. Namun, bagaimana cara membuat karak sampai siap dimakan?
Anda bisa datang ke salah satu sentra pembuatan karak di Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Di sana, Anda bisa melihat pembuatan kerupuk karak dari mulai pengukusan beras hingga tahap penggorengan.
KompasTravel beberapa waktu lalu sempat mengunjungi rumah produksi karak Pak Ngadimin di Desa Gadingan dalam paket wisata Accor Solo Heritage Cycling. KompasTravel berkeliling sentra-sentra industri di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
Saat itu pagi hari, sinar matahari menyinari karak-karak yang dijemur di pinggir jalan maupun halaman rumah Pak Ngadimin. Di sudut pintu dapur, adonan karak yang telah dicetak juga dijemur sebelum dipotong.
Memasuki dapur pembuatan karak di sebelah kiri ruangan, asap mengepul dari sebuah tungku perapian. Di sisi tengah, sebuah wajan besar terlihat digunakan untuk menanak nasi.
“Saya mulai membuat karak sejak zaman Mbah. Sudah tiga generasi,” kata Ngadimin (64) kepada KompasTravel saat ditemui di rumah produksi karak, Kamis (21/7/2016) lalu.
Ngadimin sehari-hari membuat karak dibantu anggota keluarganya. Adalah istrinya, Samijem (60) serta anak sulung yang membantu untuk menghadirkan karak untuk warga Solo dan sekitarnya.
“Biasanya karaknya sudah ada yang beli di sini. Mereka datang ke rumah untuk langsung. Biasanya dijual ke Solo, Karang Anyar,” ungkapnya.
Ngadimin terlihat membantu sang istri mengukus dan menanak nasi. Tak hanya itu, ia juga melakukan tugas mencetak adonan karak dan juga menjemur.
Sementara sang anak sulung juga bekerja mencetak adonan karak dan merapikan bentuk karak menjadi kotak persegi panjang. Ia pula yang bertugas untuk mengangkat beras yang telah dihaluskan dan siap dicetak.
Setiap hari Ngadimin menghasilkan puluhan kilo kerupuk karak. Hasil karak yang dibuat berupa karak mentah dan matang siap dimakan.
Ngadimin menyebutkan, ia menjual kerupuk karak dengan harga satuan yakni Rp 150. Penjual-penjual karak yang mengambil di tempatnya lalu bisa menjual dengan harga Rp 200 – Rp 250.
Pemandu wisata dari Accor Solo Heritage Cycling, Sugianto mengatakan, biasanya penjual-penjual karak dari Desa Gadingan dan sekitarnya menjual karak di Pasar Kliwon maupun Pasar Gede. Biasanya mereka menuju pasar dengan menyeberangi Sungai Bengawan Solo menggunakan gethek.
Ukuran karak yang diproduksi Ngadimin sekitar 3 x 4 cm. Proses penjemuran bahan adonan karak sangat tergantung dengan panas matahari yang ada.
“Kalau panas ya bisa satu hari penjemuran, kalau gak panas ya lebih,” jelasnya.
Desa Gadingan sendiri dikenal sebagai sentra pembuatan karak selain Kampung Bratan, Laweyan, Solo. Di Desa Gadingan, puluhan rumah tangga menggantungkan hidup dari sentra industri pembuatan karak.
Di sepanjang jalan-jalan Desa Gadingan, Anda bisa menemukan karak-karak yang tengah dijemur di pinggir jalan maupun di halaman rumah. Rata-rata karak dijemur dengan diletakkan di atas bilah-bilah bambu.
Anda yang sedang mampir di sentra industri pembuatan karak, jangan lupa untuk membawa pulang penganan kerupuk khas Solo ini. Anda bisa membeli karak yang telah digoreng maupun yang belum digoreng.
Selain di tempat asal pembuatannya yang berada di tepi Sungai Bengawan Solo, karak juga bisa ditemukan di pasar-pasar tradisonal seperti Pasar Gede Hardjonagoro. Selain itu, karak juga bisa ditemukan di Pasar Klewer. (KOMPAS.com)