oleh

Dikepung Vaksin Palsu

SALISMA.COM (SC), JAKARTA – Kepolisian Republik Indonesia pada Juni lalu membongkar kelompok pembuat vaksin palsu di Bekasi, Jawa Barat. Tak hanya meracik, para pelaku juga diduga menyalurkannya ke pelbagai rumah sakit dan toko obat.

Masalah tersebut menimbulkan pertanyaan tentang pengawasan oleh pemerintah, terutama Kementerian Kesehatan. Kementerian itu mengalokasikan Rp1,2 triliun untuk pembelian vaksin untuk sekitar 23 juta anak Indonesia pada 2016. Sekitar 4 juta orang dari jumlah itu, adalah bayi berusia di bawah lima tahun.

Adalah PT Bio Farma (Persero) yang memasok vaksin untuk program imunisasi pada anak. BUMN itu menyatakan pihaknya memiliki distributor resmi dan melakukan audit berkala untuk memantau jalur distribusi.

Masalahnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan dugaan kelangkaan vaksin untuk imunisasi juga terjadi. Sebagian dokter dari rumah sakit tertentu pun mengalami stok kosong dari distributor resmi untuk vaksin imunisasi.

Walaupun demikian, pemerintah menyatakan vaksin palsu itu hanyalah vaksin yang diimpor. Sedangkan untuk imunisasi, demikian Kementerian Kesehatan, produknya terjamin. Kepolisian menyatakan praktik itu diduga dilakukan sejak 13 tahun lalu. Ketika Kementerian Kesehatan membuka nama-nama rumah sakit yang diduga menggunakan vaksin palsu, amarah pun muncul dari masyarakat.

Mereka mendatangi rumah sakit untuk meminta penjelasan disertai dengan emosi. Namun, pihak rumah sakit masih tak mau menjelaskan secara rinci tentang penggunaan vaksin tersebut beserta akibat yang ditimbulkan pada anak.

Sebagian orang tua menyatakan anak mereka diduga punya dampak setelah memakai vaksin yang diduga palsu. Namun, pihak dokter belum bisa memastikan hal itu. Polisi menetapkan 23 tersangka dengan tiga di antaranya adalah dokter, dan sebagian berkas mereka telah dilimpahkan ke kejaksaan.

Apakah dengan demikian kasus vaksin sudah selesai?

CNNIndonesia.com akan mengulas persoalan tersebut dengan menghadirkan Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Sekjen IDI Adib Khumaidi, dan Direktur Pemasaran PT Bio Farma (Persero) Mahendra Suhardono. Ketiganya akan membahas persoalan itu di acara Lunch@Newsroom.

Dalam acara yang dipandu Pemimpin Redaksi CNNIndonesia.com Yusuf Arifin, ketiganya diharapkan mampu memberikan solusi jangka menengah dan jangka mendatang agar masalah itu tak terulang. (CNN INDONESIA.com)