PEKANBARU, SALISMA.COM – Penerimaan Sertifikat Program for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) oleh seluruh grup APRIL hanya dinilai sebagai alat dagangan perusahaan untuk meningkatkan nilai jual mereka di pasar dunia.
Dilansir dari laman bertuahpos, menurut Direktur Eksekutif Slace Up, Hari Octavian, bahwa RAPP dan grupnya akan tetap mencari cara supaya hasil produk pulp dan kertas bisa tetap laku. “Ini hanya permainan pasar saja,” katanya, Senin (08/06/2016).
RAPP hanya ingin menunjukkan bahwa mereka taat dalam memenuhi persyaratan yang ditetapkan, baik dari pihak pemerintah ataupun dari asosiasi internasional yang menerapkan syarat-syarat itu. Kata Hari, perusahaan bubur kertas ini ingin menunjukkan bahwa performa mereka bagus.
“Luasannya saja tidak disebutkan berapa yang mendapat sertifikat itu,” tambahnya.
Hal itu dilakukan tidak lain karena persyaratan untuk masuk ke pasar internasional sangat ketat. Dengan mengantongi sertifikat PEFC track record perusahaan ini akan naik dan mendapat kepercayaan. “Selanjutnya, kami akan menuntut komitmen mereka setelah mengantongi sertifikat itu,” kata Hari.
Pihak RAPP harusnya sadar, bahwa komitmen Sustainable Forest Management Policy atau SFMP yang mereka gembar-gemborkan sebelumnya tidak berjalan dengan baik. Hal itu dibuktikan pada kasus lajutan yang terjadi di wilayah Pulau Padang Kabupaten Meranti.
Produsen bubur kayu dan kertas itu menerima PEFC, dengan demikian, menurut RISI, APRIL gruplah yang pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat itu.
PEFC adalah sebuah skema sertifikasi hutan terbesar di dunia, yang mana lebih dari 264 juta hektar hutan dan 15.804 perusahaan telah disertifikasi PEFC.
Di indoneisa PEFC mendukung skema sertifikasi pengolahan hutan berkelanjutan. Namun dalam pengumumannya tidak disebutkan berapa luasan kawasan APRIL yang mendapat sertifikat itu.(bal)