oleh

Sembunyi Di Makam Keramat, 2 Terduga Teroris Di Malang Bawa 3 Ransel

Salisma.com – Sukirno, sudah 6 tahun menjadi juru kunci makam Setya dan Setuhu di Dusun Keramat, Desa Patok Picis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Namun baru sekali ini, huru-hara terjadi di kompleks pemakaman yang diyakini sebagai dua pembantu setia Aji Saka, penemu aksara Jawa.

Makam yang dijaganya itu dijadikan persembunyian terduga teroris berinisial KW dan S yang bermalam selama sekitar satu minggu. Keduanya diringkus oleh Tim Detasement Khusus 88 (Densus 88) antiteror, Senin (29/2) pukul 05.00 WIB.

Kedua orang tersebut disangka Sukirno, seperti kebanyakan orang lain yang ingin melakukan ritual ‘ngalab herkah’. Sukirno mengaku tidak pernah menaruh curiga dengan siapapun yang bermalam di tempat itu.

“Kroso kulo niku tiyang sae. Mboten sumerep kulo (Perasaan saya mereka orang baik-baik, saya tidak tahu). Membawa dua atau tiga tas ransel. Saya sendiri bingung dengan kejadian kemarin itu,” kata Sukirno yang mengulang-ulang kalimat tanda kepanikannya, Selasa (1/3).

Kata Sukirno, setiap hari selalu ada warga yang ‘ngalap berkah’ bahkan bermalam di lokasi. Karena memang makam Setyo dan makam Setuhu dipercaya sebagai orang yang berjasa dalam lahirnya aksara Jawa.

Suleman, Kepala Desa Petok Picis mengaku, pengunjung yang berziarah ada yang hanya satu jam, satu hari bahkan berminggu-minggu. Jumlah pengunjung terkadang sampai 30 orang sampai 50 orang.

“Sebelum ada kegiatan Karo di Tengger, masyarakat Ngadas ke sini dulu, minta berkah. Biasanya di bulan Suro. Mbah Setya ini bergama Hindu dan Mbah Sutuhu penganut Islam,” jelas Seleman.

Makam itu kata Suleman, sudah berusia ratusan tahun, bahkan aksara Jawa pun dipercaya muncul dari pengorbanan Mbah Setya dan Setuhu. Aji Saka merumuskan dan menemukan aksara Jawa setelah melihat perkelahian Setya dan Setuhu yang sama-sama loyal.

Aji Saka kemudian membuat aksara yang berbunyi: HA NA CA RA KA, DA TA SA WA LA, PA DHA JA YA NYA, MA GA BA THA NGA yang berarti Ada utusan, Saling bertengkar, Sama kuatnya, Menjadi bangkai.

Sementara dalam kisah populer tentang Aji Saka, tidak ditemukan nama Setya dan Setuhu. Nama yang muncul adalah Dora and Sembodo. Kedua tokoh tersebut mirip dengan Setyo dan Setuhu, pembantu setia Aji Saka sang pembasmi kelaliman di tanah Jawa.

Dalam kisahnya, saat Aji Saka akan melawan Prabu Dewata Cengkar, menitipkan amanat kepada keduanya. Pesan meminta agar keduanya menjaga pusaka milik Aji Saka. Tidak diperkenankan seorangpun boleh mengambil pusaka itu selain Aji Saka sendiri.

Setelah pertarungan, Aji Saka akhirnya berhasil mendorong Prabu Dewata Cengkar ke laut Selatan dan tahta Medang Kamulan diambil alih. Aji Saka pun mengirim utusan pulang ke rumahnya di Bumi Majeti untuk mengabarkan kepada abdinya, Dora dan Sembodo untuk mengantarkan pusakanya ke Jawa.

Utusan tersebut bertemu Dora mengabarkan pesan Aji Saka. Maka Dora mendatangi Sembodo untuk memberitahukan perintah Aji Saka. Tetapi Sembodo menolak memberikan pusaka itu karena pesan Aji Saka yang melarang menyerahkan pusaka itu ke orang lain.

Seperti Setya dan Setuhu, Dora dan Sembodo saling mencurigai bahwa masing-masing pihak ingin mencuri pusaka tersebut. Mereka pun bertarung, tapi karena sama-sama digjaya keduanya sama-sama mati.

Terduga teroris KW dan S kini sedang menjalani pemeriksaan untuk pengembangan kasusnya lebih lanjut. Penyamarannya sebagai pengunjung dan pengagum Setya dan Setuhu terbongkar. Tim Densus 88 lebih dahulu mengetahui keberadaan keduanya, kendati berada di daerah tersembunyi.(merdeka)