SALISMA.PEKANBARU. Cukup bersemangat! Dua kata yang terucap saat Media Gathering Agustus 2021 pada Selasa 31 Agustus via zoom meeting lalu. Haldo, sebagai Host yang memandu acara, walau sedikit cool namun mampu membawa suasana menjadi hangat. Dengan menghadirkan keynote speaker, Emon Sulaeman, Kepala BEI wilayah Riau, Kepala OJK Riau, M. Lutfy, dan M. Yani, sebagai orang yang lama berkecimpung di OJK.
Kehadiran rekan-rekan wartawan yang ada di Pekanbaru, menambah riuhnya acara yang diselenggarakan di siang hari itu. M. Lutfi yang membawa nama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riau, menyarikan ada 3 hal yang jadi pembicaaan terkait pasar modal, jika dikaitkan dengan peran OJK itu sendiri.
Pertama OJK berupaya memanfaatkan pasar modal sebagai alternatif pembiayaan. Artinya melalui aktivitas pasar modal, masyarakat atau pelaku ekonomi bisa menggunakan pasar modal. Kedua, UMKM yang membutuhkan modal, bisa mencari sumber dana dari pasar modal. Ketiga, masih lemahnya perlindungan investor di dalam pasar modal.
Dari 3 hal tersebut, Ketua BEI Riau, Emon Sulaeman lebih menyorot pada 2 hal pertama, karena terkait dengan perlindungan investor menurutnya memang menjadi tugas OJK.
Pertama; perkembangan pasar modal nasional dan daerah, Kedua; pertumbuhan investor Propinsi Riau hingga Juli 2021.
Menyangkut perkembangan pasar modal ini, Emon mengungkapkan berdasar pertumbuhan investor saham nasional dari Januari-Juni sebesar 75,1% (jumlah investor per 31 Desember; 1.44 juta).
Kemudian, pertumbuhan didominasi milenial dibawah usia 30 tahun (pertumbuhan per Juni 54,9%). Data lainnya ia menyebutkan distribusi jumlah investor per Juli 2021, banyak terkontraksi di Sumatera, mencapai angka 17 %, melebihi tahun tahun sebelumnya dan daerah lainnya (Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dam Indonesia TImur).
“Nah, pertumbuhan transaksi pasar modal di Riau, cukup menggembirakan. Selain massif diminati kalangan milenial, ternyata di tahun 2021 kegiatan itu signifikan. Mengindikasikan kalau pandemic malah membuat mereka ingin mengetahui lebih jauh tentang pasar modal. Mulai mengikuti sekolah pasar modal hingga berinvestasi berupa saham, dan dana reksa”, kata Emon bersemangat.
Terbukti dari data sheet yang disajikan BEI, per Juli 2021, Riau menempati daftar 10 peringkat transaksi saham di pasar modal. Dan berada pada peringkat 3 setelah Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.
“Ya, antara Riau dan Sumsel selalu kejar mengejar, dalam transaksi saham ini. Menandakan di Sumatera, Riau diperhitungkan dalam transaksi saham. Dan sekali lagi, pertumbuhan transaksi itu banyak terjadi di kalangan muda, tumbuh sebesar, 73%. Walaupun secara asset, usia 41 hingga 100 tahun mendominsasi, namun jumlah investor terbesar itu ternyata berada di usia 18 hingga 25 tahun. Sebesar 40,4%”, kata Emon menambahkan.
“Pertumbuhan Pasar Modal di Riau dodominasi aktivasi, dan diselingi literasi dan inklusi. Sejak 2020, ada perubahan budaya karena pandemic, ada percepatan akselerasi digital, dan terobosan akselerasi dengan siswa tingkat atas, karena sudah masuk kurikulum. Malah ada silabus ekonomi syariah, dalam pelajaran sekolah. Seperti percepatan kerjasama dengan MAN 1 di bawah binaan UIN”, pungkasnya***(bahan olahan Media gathering Agustus 2021)