JAKARTA, SALISMA.COM (SC) – Tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tak akan mencapai 5%. Berdasarkan skenario yang diungkap Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa paling mentok cuma tumbuh 4,8%.
Ada dua skenario. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya menyentuh 4,2% di 2021. Itu terjadi jika dari total sasaran penerima vaksin virus Corona (COVID-19), 39% di antaranya sudah divaksinasi pada September 2021.
“Kalau kita mulai September 2021, yang 39% tadi maka kira-kira (pertumbuhan ekonomi) 4,2%. Itu optimismenya tapi masih bisa di bawah 4,2% itu,” kata Suharso dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI yang dilansir dari Detik.com, kemarin Rabu (17/3/2021).
Namun, jika 39% sasaran sudah divaksinasi pada Juli maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 dapat mencapai 4,8%.
Vaksinasi terhadap 39% sasaran penerima vaksin itu diperkirakan mendorong percepatan mobilitas masyarakat. Hitung-hitungan di atas dilakukan bersama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
“Jadi dilakukan perhitungan apabila 39% dari 181,5 juta penduduk yang akan divaksin itu bisa dipercepat, maka setidaknya mobilitas itu mulai Juli akan menanjak. Tapi kalau hitung seperti apa yang kita lakukan hari ini, maka akan terjadi pada September 2021,” sebutnya.
Bagaimana agar target 39% dari 181,5 juta penduduk dapat divaksinasi hingga Juli? kata Suharso caranya mempercepat proses penyuntikan vaksin menjadi lebih dari 1 juta orang per hari.
Bank Indonesia (BI) pun telah mengoreksi pertumbuhan ekonomi RI tapi masih di kisaran 5%.
Gubernur BI Perry Warjiyo memprediksi pertumbuhan ekonomi RI di 2021 mencapai 4,3-5,3%. Angka itu turun dari perkiraan sebelumnya.
“Untuk keseluruhan tahun 2021, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 4,3%-5,3%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya pada kisaran 4,8-5,8% sejalan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2020,” tuturnya dalam pengumuman hasil RDP Bulanan secara virtual, Kamis (18/2/2021).
Meski begitu dia meyakini implementasi vaksinasi dan sinergi kebijakan nasional diprakirakan mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional ke depan.
Pada triwulan IV 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar 2,19%, terutama karena masih lemahnya konsumsi swasta dan investasi bangunan sebagai dampak masih terbatasnya mobilitas akibat pandemi COVID-19.
“Meskipun lebih rendah dari perkiraan, ekonomi pada triwulan IV-2020 membaik dengan kontraksi yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 3,49% (yoy). Secara keseluruhan tahun 2020 ekonomi terkontraksi 2,07%,” tambahnya.
Ke depan, Perry yakin perbaikan ekonomi domestik diperkirakan akan berlanjut sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan akselerasi program vaksin nasional oleh Pemerintah.
Perbaikan kinerja ekspor juga diyakini terus berlanjut pada beberapa komoditas, seperti CPO, batu bara dan besi baja, serta sejumlah produk manufaktur seperti kimia organik, kendaraan bermotor, dan alas kaki, yang kemudian akan mendorong kinerja sektoral.
“Perbaikan kinerja ekspor tercatat di sejumlah wilayah, khususnya Sulampua (Sulawesi, Maluku, Papua), Jawa, dan Sumatera. Sementara itu, untuk mendorong masih lemahnya permintaan domestik, sinergi kebijakan ekonomi nasional terus diperkuat,” tutupnya. (mil)