JAKARTA, SALISMA.COM (SC) – Di dunia, berbagai macam bencana alam sering terjadi. Salah satu di antaranya gempa. Gempa bumi, terjadi ketika tekanan yang terbentuk di sepanjang sesar atau patahan menjadi lebih kuat daripada tekanan yang menahan bebatuan.
Namun, gempa bumi ini ada yang berpotensi mendatangkan bencana tsunami, ada pula yang tidak. Tekanan saat terjadi patahan menyebabkan bebatuan yang ada di kedua sisi patahan tiba-tiba terkoyak. Dalam beberapa kejadian, bahkan terjadi dengan kecepatan supersonik. Kecepatan supersonik berada di atas 343 meter per detik.
Kedua sisi patahan tersebut bergeser melewati satu sama lain, dan melepaskan tekanan yang terpendam. Energi dari pemisahan tersebut kemudian menyebar ke segala arah, termasuk ke permukaan. Energi inilah yang dirasakan sebagai gempa bumi.
Dilansir dari situs itic.ioc-unesco.org, patahan yang bergerak melewati satu sama lain itu menyebabkan terjadinya gempa bumi besar. Gempa ini akan memiringkan, mengimbangi, atau menggeser sebagian besar dasar laut dari beberapa kilometer menjadi sejauh 1.000 km atau bahkan lebih. Perpindahan secara vertikal yang tiba-tiba itu mengganggu permukaan laut dan menggusur air.
Berujung pada datangnya gelombang tsunami yang menghempas apapun yang dilaluinya. Gelombang tsunami dapat sampai pada jarak yang sangat jauh dari sumbernya, dan disertai dengan membawa kerusakan di sepanjang jalur yang dilalui.
Livescience.com menyebutkan pendapat Don Blakeman, seorang ahli Geofisika Badan Geologi Amerika Serikat terkait gempa dan potensi tsunami. Menurut Blakeman, biasanya gempa dengan kekuatan di bawah 7 Magnitudo tidak akan memicu terjadinya tsunami.
Meskipun, begitu gempa berkekuatan sekitar 6 Magnitudo juga terkadang dapat menyebabkan tsunami lokal. Kebanyakan tsunami disebabkan oleh gempa bumi di zona subduksi yang berkekuatan besar dengan pusat gempa yang dangkal.
Singkatnya, gempa berpotensi menyebabkan tsunami apabila menyebabkan tanah di sepanjang arah jalur patahannya bergerak naik turun.
Jika lapisan tanah di dasar laut ikut bergerak secara vertikal, maka air juga akan ikut bergerak dan menghasilkan ombak besar atau yang disebut sebagai tsunami. Namun, tsunami dapat diperkirakan kedatangannya dengan menggunakan sensor dan alat deteksi dini tsunami. (mil)