oleh

Lima Sifat Rasulullah SAW Sebagai Teladan Manusia

PEKANBARU – Sebagai muslim teladan kita adalah Rasulullah SAW, karena dalam diri beliau terdapat banyak pelajaran hidup, membimbing umat Islam untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Zaman yang terus melaju dan duniawi yang makin menggoda menyebabkan beragam godaan menjauhkan seorang muslim dari sifat-sifat yang diajarkan Rasulullah SAW. Dunia itu hanyalah fana tetapi kita terap terlena.

Untuk itu kita tentu harus kembali mengingat dan melakukan teladan yang sudah diberikan Rasulullah SAW dalam hidupnya. Apa saja itu?

1.Selalu takut kepada Allah SWT atau khasyyah, salah satu dari beberapa sifat yang bisa menempatkanmu pada derajat tinggi di sisi Allah SWT. Saat kita merasa takut, maka kita tidak akan melakukan perbuatan yang tercela karena yakin Allah akan melihatnya.

2. Rendah diri di hadapan Allah SWT atau khusyuk, karena seseorang yang punya sikap khusyuk akan selalu tunduk dan pasrah pada setiap ketentuan dari Allah SWT. Sepelik apa pun persoalan hidup, akan selalu dihadapi dengan sikap tenang dan wajah teduh.

3. Tidak sombong pada siapa pun atau tawadhuk, karena muslim yang tangguh justru akan menghormati semua lapisan, baik kaya atau miskin. Tidak ada rasa sombong meski banyak kelebihan yang dia punya.

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (QS. Asy Syu’ara:215)

4. Punya akhlak bagus atau khusnul khuluq.

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad)

Rasulullah SAW sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak. Ketakwaan kita tidak hanya diukur dari banyaknya ibadah kepada Allah SWT, tapi juga bagaimana interaksi kita pada sesama (hablumminannas).

Sekalipun manusia rajin ibadah, tapi kalau lisan selalu menyakiti hati orang lain, maka pupuslah amal ibadah itu akibat akhlak yang buruk. Akhlak mulia adalah amalan yang wajib, bahkan penyempurna iman seseorang.

5. Hidupnya gak hanya berorientasi pada dunia atau zuhud, karena kenikmatan dunia jangan sampai membuat kita lalai pada kehidupan akhirat. Caranya, kita harus meniatkan segala aktifitas positif karena Allah semata. Jadikan lelah kita hanya Lillah, yaitu demi mengharap ridaNya. Tidak perlu sanjungan atau pujian dari orang lain.

Sikap seorang yang zuhud saat tertimpa musibah adalah lebih mengharap pahala dari musibah itu daripada kembalinya harta benda dunia yang hilang.

Ulama salaf, diantaranya Wahib bin Al Warod mengatakan, “Zuhud terhadap dunia adalah seseorang tidak berputus asa terhadap sesuatu yang luput darinya dan tidak begitu berbangga dengan nikmat yang ia peroleh.” ***