JAKARTA – Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.440 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Jumat (24/5) pagi dan rupiah melesat 0,28 persen dibandingkan penutupan Kamis (22/5) pada angka Rp14.480 per dolar AS.
Pagi hari ini, sebagian besar mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong menguat 0,01 persen, ringgit Malaysia menguat 0,03 persen, peso Filipina menguat 0,06 persen, dolar Singapura menguat 0,06 persen, dan baht Thailand menguat 0,24 persen.
Di kawasan Asia, hanya Won Korea Selatan dan yen Jepang yang melemah terhadap dolar AS dengan masing-masing pelemahan 0,03 persen dan 0,06 persen. Dengan kata lain, rupiah menjadi mata uang dengan performa paling baik di Asia pagi ini.
Sementara itu, pergerakan mata uang negara maju terbilang bervariasi, di mana poundsterling Inggris menguat 0,03 persen namun dolar Australia melemah 0,02 persen dan euro tak bergerak melawan dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan penguatan rupiah masih ditopang situasi dalam negeri yang kian kondusif pasca kerusuhan 21 dan 22
Mei silam. Investor terlihat masih memborong rupiah sejak kemarin, sehingga isu perang dagang antara AS dan China tidak lagi berpengaruh terhadap keputusan investasi.
“Berakhirnya gelombang demonstrasi yang ricuh kemarin memberikan kepercayaan kepada pasar untuk memborong rupiah sehingga bisa memberikan angin segar,” katanya seperti dilansir dari CNNIndonesia.com, Jumat (24/5)
Padahal, kini perang dagang antara AS dan China kian memanas setelah AS berencana mengenakan bea masuk baru untuk impor produk China senilai US$300 miliar yang rencananya berlaku sebulan lagi. Namun, bisa jadi serangan ini hanya sekadar ancaman belaka.
Tenaga rupiah juga makin kuat, setelah indeks dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya. Ini terjadi setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor panjang terjun seiring kekhawatiran investor akan perang dagang yang berujung pelemahan ekonomi global.***