SALISMA.COM (SC), BANGKINANG – Setidaknya 16 desa di Kecamatan Kampar Kiri dan Kampar Kiri Hulu terisolasi akibat banjir, Rabu (20/12).
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar, Santoso melalui Pusat Pengendalian Operasi Pengendalian Bencana (Pusdalops PB), Chandra menyebutkan, 16 desa itu baru hasil pendataan sementara.
Chandra memaparkan, tujuh desa di Kampar Kiri Hulu dan sembilan desa di Kampar Kiri. Desa itu sampai ke perbatasan Kampar Kabupaten Limapuluh, Sumatera Barat.
“Sekarang kita masih menunggu data rill dari Kepala Desa dan Camat,” kata Chandra. Pengumpulan data, kata dia, terkendala oleh sulitnya jaringan komunikasi.
Dia menjelaskan, data itu mencakup jumlah warga yang terkena dampak dan ruas jalan yang terputus karena banjir. Jalan putus, kata dia, karena tidak bisa dilalui oleh kendaraan jenis apapun. “Jalan itu menjadi bubur (berlumpur),” katanya.
Data rill, tambah dia, menjadi acuan untuk mengambil tindakan penanggulangan. Termasuk pengiriman bantuan. Ia mengatakan, banjir bandang menerjang daerah itu, Selasa. Namun tidak lama. “Hanya empat sampai lima jam,” katanya.
Menurut Chandra, banjir sudah surut. Namun meninggalkan dampak terhadap kehidupan masyarakat di sana.
Banjir bandang Kiri Hulu menyebabkan akses jalan rusak. Jalan tanah yang biasa dilalui warga, berlumpur tebal. Berbagai jenis kendaraan, terutama roda empat, tak bisa melintas. Warga setempat hanya bisa mengandalkan kendaraan roda dua. Itupun harus waspada agar tidak terpuruk ke dalam lumpur.
Tim Reaksi Cepat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar terjun ke lokasi untuk melakukan pendataan. Selain itu, alat berat dikerahkan untuk membersihkan badan jalan yang tertutup lumpur.
“Alat berat dibantu dari perusahaan,” kata Chandra. Normalisasi jalan masih dipusatkan di Desa Tanjung Harapan Kecamatan Kampar Kiri. Penghubung ke Desa Tanjung Mas. Menurut Chandra, di Tanjung Harapan terdapat tiga titik ruas jalan yang terputus. (*)