SALISMA.COM (SC), PEKANBARU – Akademisi Universitas Islam Riau, Ir Mardianto Manan MT menyoroti banyaknya ruas jalan di Riau yang mengalami kerusakan sedang dan berat.
“Kerusakan tersebut terjadi akibat kualitas pembangunan jalan tidak sempurna, pembangunan tidak sesuai spesifikasinya dan jalan tersebut banyak dilalui kendaraan bertonase tinggi sehingga makin memperparah kerusakan jalan itu,” kata Mardianto, Kamis (8/6/2017).
Pendapat tersebut disampaikan terkait pengamatannya terhadap kesiapan pemerintah daerah membenahi jalur alternatif mudik, jalan, jembatan, rambu-rambu dan penerangan jalan.
Menurut Mardianto yang juga Kepala Studio Perencanaan Kota Fakultas Teknik Universitas Islam Riau itu, setiap jalan yang dibangun bersumber dari APBD diindikasi kualitasnya cenderung tidak sempurna antara lain akibat permainan dari pelaksana proyek dan pemegang proyek.
Dampak dari indikasi permainan proyek tersebut, katanya, setahun setelah jalan itu dibangun justru hancur. Sementara itu laporan atau pengaduan dari masyarakat cenderung tidak ditanggapi oleh pihak berwenang.
“Padahal menurut UU Nomor 22/2009 tentang Lalulintas Angkutan, jika pengendara mengalami kecelakaan disebabkan oleh jalan yang rusak maka PPTK dan pimpronya bisa dituntut, karena lalai dalam melakukan perawatan jalan,” katanya.
Ia mencontohkan, kondisi jalan di Kuantan Singingi atau berjarak sekitar 200 kilometer (km) dari Kota Pekanbaru, kini 50 persen rusak di kiri dan kanan, jalan nasional dan provinsi berlubang. Begitupula jalan di Garuda Sakti, di Siak berlubang yang membahayakan penumpang kendaraan roda dua khususnya bagi ibu hamil.
Perbaikannya lambat, kata dia, karena terkendala antara lain sinergisitas antar pemerintah pusat, provinsi dan pemerintah kabupaten/kota tidak jalan.
“Karena itu dinas terkait perlu merancang spesifikasi model jalan yang berkualitas dilengkapi dengan drainase yang baik agar ketika hujan deras maka jalan tidak tergenang air, sebab hujan deras sebentar saja sudah mengakibatkan banjir dimana-mana,” katanya. (*)