SALISMA.COM (SC), INDRAGIRI HILIR – Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Indragiri Hilir, Haryono Karim mengatakan, hutan bakau yang terdapat di Pulau Cawan dan Basu menjadi potensi wisata unggulan yang menjanjikan.
Pada hamparan sekitar 1.000 hektare mangrove di dua pulau itu, menjadi daya tarik persinggahan migrasi gerombolan ribuan ekor Burung Blekok Asia pada musim kawin dan bertelur.
Blekok Asia migrasi ke daerah ekuator saat memasuki musim kawin dan bertelur. Karena daerah asalnya China dan Siberia pada waktu tersebut sedang mengalami musim dingin.
“Pantai dan hutan Bakau Inhil dekat dengan ekuator, selain miliki kedalaman lumpur yang baik menjadi habitat berbagai jenis ikan ini daya tarik persinggahan Blekok Asia di kawasan hutan Bakau Inhil,” ujar Haryono, Selasa (02/05/2017).
Terutama Pantai Solop Pulau Cawan dan Basu setiap tahun disinggahi ribuan ekor burung yang mirip Burung Kedidi hanya agak lebih besar.
Bahkan tidak jarang usai musim kawin dan bertelur burung Blekok Asia ini beberapa ekor tertinggal dari rombongannya saat migrasi ke Australia. Namun kemudian akan kembali ke rombongan musim berikutnya tiba.
“Kemarin saya jumpai di Pulau Cawan ini ada lima ekor Blekok Asia yang kececer dari gerombolannya dan tetap di kawasan Bakau Pulau Cawan dan Basu hingga musim berikut tiba untuk bergabung,” urainya.
Menurutnya ini satu keberuntungan bagi habitat Bakau Pulau Cawan dan Basu karena menambah khasanah hewan langka.
“Kececernya unggas asal Siberia yang tiap musim bermigrasi ke Australia ini pun sempat berkembang biak di hutan bakau dan akan kembali lagi kepada gerombolannya saat mereka tiba musim tahun depan,” tegasnya.
Blekok Asia juga mengumpulkan pakannya dari kawasan pantai pasang surut Inhil. Sebab di saerah itu banyak terdapat jenis ikan dan kerang.
“Makanya jenis burung laut ini betah mampir ke mari karena banyak pakannya yakni ikan segar,” jelas Haryono Karim yang memang banyak tau tentang ekologi karena pernah berdinas cukup lama di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Inhil.
Keberadaan burung migrasi ini menambah keunikan Pantai Solop menjadi bagian Bakau Pulau Cawan.
Pantai yang memiliki pasir dibentuk oleh triliunan kulit binatang laut menepi saat pasang surut terhimpun seakan terperangkap oleh lumpur semula, sehingga menjadikannya sebuah fenomena alam yang sangat unik. (*)