SALISMA.COM (SC),PANGANDARAN – Nasib tragis menimpa seorang remaja bernama Wahyu, warga Dusun Pangasinan RT 16/05 Desa Pasirgeulis, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran. Wahyu mengalami luka bakar hingga kakinya membusuk.
Wahyu sehari-hari hanya menghabiskan waktu di atas tempat tidurnya karena sudah tak bisa berjalan setelah kakinya membusuk dan ketiga jarinya sudah hilang.
Pemuda berusia 22 tahun itu hidup bersama ibunya, Ismawati (55), yang sudah renta dan secara ekonomi hanya bisa bertahan hidup dengan belaskasihan dari tetangga, bahkan pola kehidupan mereka sangat jauh dari kehidupan yang layak seperti masyarakat pada umumnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Seksi Penanganan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Pangandaran, Dewi Sundari, saat menemui Wahyu mengatakan luka yang dialami lantaran lambannya penanganan medis.
“Keterangan yang berhasil dihimpun, sebelumnya Wahyu bekerja di Jakarta dan uang hasil selama bekerja dikirim ke almarhum kakeknya dengan harapan bisa membeli motor,” kata Dewi di rumah Wahyu.
Namun setelah Wahyu pulang kampung, uang hasil selama bekerja habis untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sejak itu Wahyu kecewa hingga stres dan sering mengamuk, akhirnya pihak keluarga memutuskan agar Wahyu dipasung.
“Selama Wahyu dipasung, pengawasannya teledor hingga suatu hari bermain api yang akhirnya terjadi kebakaran hingga bagian kakinya terbakar,” tambah Dewi.
Karena kebingungan biaya dan tidak ada pihak keluarga yang bisa menunggu jika Wahyu dirawat di Puskesmas atau rumah sakit, akhirnya penanganan medis pun tidak dilakukan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran Yani Achmad Marzuki mengatakan, pihaknya telah mengintruksikan petugas Puskesmas setempat untuk meninjau korban dan melakukan perawatan medis.
“Kami telah intruksikan petugas untuk menangani Wahyu dengan cara jemput bola hingga kondisinya membaik,” kata Yani.
Yani berharap, jika di kemudian hari masyarakat yang menemukan persoalan yang menyangkut dengan kesehatan jangan segan-segan untuk koordinasi dengan pemerintah setempat dan langsung ditangani secara medis. (**)